![]() |
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa PLTBM |
Namun, rencana pemerintah tersebut
sejauh ini “gagal” dilaksanakan karena selalu mendapatkan
penolakan yang keras dari seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena
itu, saat ini energi alternatif sangat dibutuhkan untuk mengurangi
ketergantungan pada energi dari fosil yang sifatnya tidak bisa
diperbarui.
Berawal dari keprihatinan terjadinya
krisis energi itulah, Sonson Garsoni mencoba mengembangkan biomassa
sebagai energi alternatif. Dia memulai usahanya itu pada 2011 dengan
membuat instalasi mini pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBM) di
rumahnya di Raya Banjaran KM 13 Kabupaten Bandung.
Biomassa yang digunakan sebagai energi
berasal dari sampah organik, gulma sampai kotoran ternak. Tidak sulit
bagi Sonson untuk memperoleh sampah maupun kotoran ternak untuk
diproses menjadi biomassa. "Bahan baku biomassa bisa diperoleh
di sekitar rumah. Gampang kok," kata Sonson kepada SH, akhir
pekan lalu. Seluruh bahan baku itu diproses menggunakan alat hasil
modifikasi Sonson sendiri.
Gas yang berasal dari biomassa itu
kemudian bisa menggerakkan turbin sederhana. Kapasitas listrik yang
dihasilkan instalasi berbiaya Rp 26 juta itu sebesar 1 KVA. Untuk PLTBM mini sebesar 1 KVA mampu dipergunakan selama enam jam setiap
hari. Dibutuhkan 150 kg sampah maupun kotoran yang menghasilkan 6
meter kubik biomassa.
Di Pinggiran Danau
Sonson telah membuat 33 unit miniPLTBM. Yang terbesar terdapat di pinggiran Danau Semayang KutaiKartanegara Kaltim dengan kapasitas 25 KVA. Menurut Sonson, PLTBM
mini di Kutai Kartanegara itu memanfaatkan gulma eceng gondok sebagai
bahan baku biomassa. "Kebetulan di Danau Semayang banyak eceng
gondok," kata alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Instalasi mini PLTBM lainnya telah
dimanfaatkan di sebuah kompleks perumahan di Tangerang, kemudian ada
di Serang, Sigi Palu, Mempawah Kalbar, Tenggarong Kaltim, maupun di
Ciparay Kabupaten Bandung. Biomassa tidak hanya dipergunakan sebagai
energi listrik. Biomassa untuk menggerakkan mini PLTBM dapat
dimanfaatkan sebagai gas bahan bakar kompor.
Dari uji coba yang telah dilakukan
Sonson menyatakan kompor berbahan bakar biomassa 6 meter kubik mampu
dipergunakan selama seminggu bagi tujuh keluarga. Kompor berbahan
bakar biomassa ini nyala apinya tidak kelihatan secara kasatmata.
Yang menarik, gas dari biomassa tidak perlu disimpan dalam tabung
khusus seperti elpiji. Gas dari biomassa bisa disimpan dalam plastik
bahkan ban dalam mobil. Sonson menjamin keamanannya meski gas
biomassa tak disimpan dalam tabung khusus.
Sonson menjelaskan gas dari biomassa
tidak mengandung hidrogen sulfida (H2S). "Gas dari biomassa
tidak bersifat eksplosif. Tidak meledak karena tidak ada kandungan
H2S," ia memaparkan.
Selain itu, biomassa dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk organik. Menariknya biomassa yang dihasilkan tidak
hanya dapat dipergunakan sebagai pembangkit listrik. Sonson yang juga
Ketua Asosiasi Produsen Pupuk Kecil Menengah Indonesia (APPKMI)
menjabarkan pupuk organik yang dihasilkan memiliki nilai ekonomis.
Pupuk organik dari biomassa ini telah banyak dijual di pasar bebas
dengan harga yang lumayan tinggi. Dengan nilai jual dari pupuk
organik yang dihasilkan, penggunaan biomassa sebagai energi mini
PLTBM praktis tidak membutuhkan biaya.
Bahkan, pengguna PLTBM tidak sekadar
memperoleh manfaat berupa listrik. Pengguna memperoleh nilai tambah
dari hasil penjualan pupuk organik yang dihasilkan.
Naskah asli, http://www.shnews.co/detile-13293-menjadikan-biomassa-energi-alternatif-pembangkit-listrik.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar